JUDUL
-
SIMPANG PAKANTAN PINTU ANGIN MUARA SIPONGI TOBANG BOTUNG MUARA BOTUNG AMPAN(ANTARA MUARA BOTUNG-USOR TOLANG) USOR TOLANG SILUAK T...
-
Dalan Kuliling Pasar Kotanopan "Tolu do salubang boluton!" ning nenek namarjagal bolut di lambung tangga arah tu Partenisan i di...
-
Rukun yamani adalah sisi atau sudut Ka’bah yang menghadap ke arahYaman. Atau disebut sudut arah Yaman. Rukun yang sejajar dengan hajar as...
-
Biodata maher zain Kehidupan awal Maher Zain lahir pada 1982 di Lebanon. Keluarganya berpindah ke Sweden ketika Maher zain berusia lapan t...
Sabtu, 19 Maret 2011
Batu Dari Surga
- Asal Usul Hajar Aswad
Hajar Aswad merupakan area sempit dan tempat permulaan dan akhir thawaf. Sebelum thawaf diharuskan memberi salam (disunahkan mengusap atau menciumnya), karena itu diperebutkan jutaan orang saat berhaji atau umrah hanya sekedar untuk menciumnya. Mencium atau mengusap Hajar Aswad di musim haji penuh perjuangan yang dahsyat. Mencium Hajar Aswad bukanlah suatu kewajiban, tapi merupakan anjuran dan sunnah Nabi saw. Maka kalau keadaan tidak memungkinkan karena penuhnya orang berdesakan terutama di musim Haji, sebaiknya urungkan saja niat untuk mencium atau mengusap batu ini, cukup hanya memberi salam dari jauh.
Hajar Aswad berada ribuan tahun sebelum orang orang Jahiliyah menduduki Makkah. Hajar Aswad berada di sudut Ka’bah seumur dengan umur Ka’bah itu sendiri. Disaat Nabi Ibrahim as membangun Ka’bah tinggal satu bagian yang belum terpasang yaitu Hajar Aswad. Lalu nabi Ismail pergi mencari suatu. Nabi Ibrahim as berkata “Carilah sebuah batu seperti yang aku perintahkan”. Nabi Ismail mencarinya dan tidak mendapatkanya. Ia kemudian kembali ke Ka’bah, dan ia melihat di tempat tersebut telah terpasang Hajar Aswad. Maka ia berkata; “Ayaku, siapa yang membawa batu ini kepadamu?” Ibrahim as berkata: “yang membawanya kepadaku adalah Jibril dari langit (surga)”.
Pencurian Hajar Aswad
Hajar Aswad mulanya hanya satu batu tidak pecah dan terpisah pisah, tetapi kemudian pecah menjadi 8 bagian. Itu terjadi karena Hajar Aswad pernah dicabut pengikut Abu Thahir al-Qarmithi pada 319 H. Abu Thahir Qirmithi Sulaiman bin Abi Said adalah seorang raja dari Bahrain yang memimpin pasukan untuk menyerang Baitullah pada Hari Tarwiyah. Ia membawa 700 pengikut yang masuk ke Masjidil Haram dan membabi buta membantai para jamaah haji di Tanah Haram. Dengan secara biadab ia memukul Hajar Aswad dengan alat pencongkel dan memecahnya. Kemudian dibawanya ke Bahrain pada tanggal 14 Dzulhijah. Niatnya agar orang orang islam tidak melakukan lagi ibadah haji ke Makkah. Namun niatnya itu tidak berhasil dan sia-sia belaka. Tempat Hajar Aswad di Kabah menjadi kosong beberapa tahun. Orang-orang pun menempelkan tangan mereka di tempat tersebut untuk mencari barokah sampai Hajar Aswad dikembalikan ke tempatnya semula di Kabah, yaitu setelah kebinasaan Abu Thahir Qirmithi. Hajar Aswad berada di tangan Qirmithi dan para pengikutnya selama 22 tahun (Al-Bidayah Wan Nihayah).
Setelah Hajar Aswat dikembalikan untaian 8 batu itu disambung dengan perak menjadi satu kesatuan dengan batu di sekitarnya yang kemudian diberi bingkai lingkaran perak. Kedelapan batu itu seukuran buah kurma, dan kedelapan untaian batu itulah yang dianjurkan menciumnya atau menyalami sebelum dan sesudah thawaf.
- Beberapa Peristawa Berhubungan Dengan Hajar Aswad
1. Pada tahun 363 H seorang laki-laki datang dari Romawi. Saat mendekati Hajar Aswad, ia mengambil cangkul dan memukulkannya dengan kuat ke sudut tempat Hajar Aswad hingga berbekas. Ketika ia akan mengulangi perbuatannya, seorang Yaman datang dan menikamnya sampai roboh (Bawwabah al-Haramain Asy-syarifain).
2. Pada tahun 413 H Bani Fatimiyah mengirim beberapa orang pengikutnya dari Mesir di bawah pimpinan Hakim Al Abidi, di antaranya ada seorang laki-laki berkulit merah, berambut pirang dan berbadan tinggi besar, sebelah tangannya menghunus pedang sedang yang sebelah lagi memegang pahat, lalu dipukulkannya ke Hajar Aswad tiga kali hingga pecah dan berjatuhan, sambil berkata, “Sampai kapan Batu hitam ini disembah, sekarang tidak ada Muhammad atau Ali yang dapat melarang dari perbuatanku, kini aku ingin menghancurkan Ka’bah”. Kemudian pasukan berkumpul untuk membunuhnya (Ibnu Atsir).
3. Pada tahun 990 H. datang seorang laki-laki asing (bukan orang Arab) membawa sejenis kampak dan dipukulkannya ke Hajar Aswad, lalu Pangeran Nashir menikamnya dengan belati hingga mati (Fadhlu al-Hajarul Aswad oleh Ibnu ‘Alan).
4. Di akhir bulan Muharram tahun 1351 H seorang laki-laki datang dari Afghanistan. Ia mencungkil pecahan Hajar Aswad dan mencuri potongan kain Kiswah serta sepotong perak pada tangga Ka’bah. Penjaga masjid mengetahui perbuatannya kemudian menangkapnya, diapun dihukum mati oleh pemerintah setempat (Tarikh al-Ka’bah oleh Husen Basalamah).
- Kenapa Hajar Aswad Harus Dicium?
Pertanyaan ini sebetulnya sudah pernah dilontarkan khalifah kedua Umar bin Khattab ra disaati mencium Hajar Aswad. Beliau berkata kepadanya “Sesungguhnya aku tahu bahwa kamu adalah batu yang tidak mendatangkan bahaya dan memberi manfaat, kalaulah bukan karena aku pernah melihat Rasullah saw menciummu nistaya aku tidak akan memciummu” (H.R. Bukhari dan Muslim)
Sesungguhnya Hajar Aswad dan Maqam adalah dua buah batu diantara batu batu Yaqut (batu mulia) diambil dari surga, andaikan Allah tidak menghilangkan cahayanya niscaya sinarnya akan menerangi antara timur dan barat. (H.R. Ahmad )
Kita adalah umat nabi Muhammad saw yang mengikuti segala perintahnya tanpa pamrih. Apa yang dilakukan Nabi saw maka lakukanlah dan apa yang dilarang Nabi saw jauhkanlah. Mencium atau mengusap Hajar Aswad saat thawaf adalah anjuran Nabi saw karena beliau selalu menyentuhnya dengan tangannya yang lembut atau menciumnya dengan bibirnya yang mulia.
Demi Allah, Hajar Aswad akan dibangkitkan pada hari kiamat, Allah memberikanya mata dan lidah kepadanya agar dapat melihat dan berbicara dan memberikan persaksian terhadap orang yang menyentuhnya dengan benar dan ikhlas (H.R. Tirmidhi)
Itulah kemuliaan dan keluhuran Hajar Aswad disisi Allah dan Nabi Nya. Maka tidak heran jika Abdullah putra Umar bin Khattab ra selalu menyentuh Hajar Aswad kemudian mecium tanganya dan berkata “Aku tak pernah meninggalkan perbuatan ini semenjak aku melihat Rasulallah saw menciumnya. (HR Muslim)
Jelasnya, ada beberapa ibadah yang kita tidak perlu mencari-cari apa hikmahnya dari ibadah itu. Seperti apa hikmahnya thawaf? Apa hikmahnya sa’i? Apa hikmahnya melempar batu Jumrah? Apa hikmahnya wukuf di Arafah? Apa hikmahnya mencium Hajar Aswad? Apa hikmahnya itu dan apa hikmahnya ini. Ada beberapa ibadah yang kita tidak perlu tahu apa hikmahnya, karena disitu tersimpan rahasia Allah yang tidak bisa diketahu hambaNya. Maka apa yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya lakukanlah dengan baik dan apa yang dilarangnya jauhkanlah sejauh jauhnya.
Semoga Allah memberikan kepada kita jalan yang lurus dan memudahkan kita bisa sampai ke tempat yang mulia Makkah agar bisa mecium Hajar Aswad sebagaimana Rasulallah saw menciumya dengan bibirnya yang lembut. Amin
rahman lubis
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar