Rasa-rasanya belum afdhol begitu ungkapan yang terbersit dari sejumlah jamaah haji bila tidak berhasil mendaki ke Jabal (Gunung) Nur (Cahaya) atau Jabal Tsur atau Thur atau berhasil mendaki keduanya. Jabal Tsur sendiri memiliki sejarah sangat penting bagi perkembangan Islam saat ini, bagaimana bila saat itu Allah SWT tidak menyembunyikan Rasulullah SAW di Gua Tsur yang berada di puncak gunung tertinggi di Makkah Al Mukarramah itu?
Setelah awal tahun 2007 lalu, saya dan beberapa temanku berhasil menaiki Jabal Nur atau Gunung Cahaya, di mana terdapat Gua Hira, tempat Nabi Muhammad SAW pertama kali menerima wahyu dari Allah SWT melalui Malaikat Jibril. Terbersit bagaimana caranya bisa mendaki Jabal Tsur atau Thur (begitu yang tertulis dalam papan nama atau rambu lalu lintas di Makkah), yang katanya merupakan gunung tertinggi di antara gunung atau bukit yang mengelilingi kota suci ini?
Akhirnya keinginan itu berhasil diwujudkan, ketika itu saya dan 7 orang teman saya berhasil menaiki Jabal Tsur pada malam hari ulang tahun negriku tercinta yaitu (17/08/2008) dini hari pukul 03.00 waktu Arab Saudi. Medan di Jabal Tsur memang lebih panjang dan melelahkan, berbeda dengan Jabal Nur yang pendek tapi terjal itu.
Jabal Tsur, yang terletak lebih kurang 3km kilometer dari kota Makkah Al Mukarramah memang sangat rawan dan curam. "Masya Allah, kalo dulu gimana yah caranya Nabi bisa naik ke sini? Lah itu curam semua dan batu-batu semua. Ini mah cocoknya bagi para pendaki panjat tebing," timbul dalam pikiranku di tengah perjalanan yang melelahkan selama lebih kurang 3 jam ini.
Beberapa teman sempat terpana ketika melihat puncak Jabal Tsur sebelum mendakinya. Terbersit untuk membatalkannya, "Aduh ke Jabal Nur aja kali hihihi...." celetuk temanku, salah seorang teman seasramaku. Memang waktu malam menambah gelapnya suasana jalan yang akan dilalui membuat jantung dagdigdug juga dan kebetulan waktu itu baru turun hujan dan jalan menuju kejabal Tsur basah dan gelap.
"Yakin aja deh. Kita harus yakin dan bisa sampai kata seorang temanku tuk menambah semangat kami. Ya setelah berdoa bersama lalu kita mulai berjalan setapak yang landai selama beberapa puluh meter, setelah itu mulai melakukan pendakian dengan jalur tangga batu-batuan yang dibuat orang-orang afganistan. Bahkan beberapa kali diantara rombongan kami berhenti untuk mengatur nafas, atau sekedar "Muntah Atas" atau "Muntah Bawah".hiihi
Jalur tangga batu-batuan yang meliuk-liuk bak ular tangga itu memang baru dan dibuat secara swadaya. Pasalnya, pemerintah Arab Saudi sendiri melarang orang atau peziarah mendaki, sholat dan berdoa di atas Jabal Tsur, karena memang rawan. Namun semua itu tidak dihiraukan para peziarah, demi memenuhi keinginan mengingat tempat yang pernah ditempati kekasihnya, Rasulullah Muhammad SAW.
Seperti sudah diketahui, Gua Tsur di Jabal Tsur merupakan tempat yang dijadikan perlindungan Rasulullah Muhammad SAW dan sahabatnya, Abu Bakar RA ketika bersembunyi dan menghindari kejaran kaum kafir Quraiys yang hendak membunuhnya.
Dari catatan Syarah Nabi disebutkan peristiwa itu terjadi pada tahun 622 Masehi, Rasulullah Muhammad SAW berniat hijrah ke Kota Madinah untuk mencari tempat penyebaran Islam yang lebih kondusif. Namun, kaum kafir Quraisy yang tidak menginginkan ajaran Muhammad SAW menyebar ke luar Makkah, melakukan pengejaran untuk menghalangi niat Rasulullah.
Dalam kondisi terdesak, Rasulullah dan Abu Bakar memilih masuk ke Gua Tsur atas petunjuk yang diberikan Allah SWT melalui malaikat Jibril. Di gua yang berada di Jabal Tsur nan tandus itulah Rasulullah dan Abu Bakar berlindung selama tiga hari tiga malam. Gua itu sendiri memang sempit, seperti periuk yang tebalik, namun memiliki dua pintu yang saling berhadapan.
Upaya pengejaran kaum kafir Quraisy menemui jalan buntu manakala sampai di sekitar gua. Kendati sudah berada di depan pintu masuk gua, kaum kafir Quraisy terkecoh dengan keberadaan sarang laba-laba dan sarang burung merpati yang menutupi jalan masuk ke gua. Maka, pengejaran itu tidak berhasil.
Peristiwa pertolongan di Jabal Tsur serta persembunyian Rasulullah Muhammad SAW dan Abu Bakar di Gua Tsur diabadikan melalui firmah Allah SWT dalam Surat At-Taubah ayat 40. Ayat itu berbunyi yang sekira artinya "Bila kamu tidak mau menolong Rasul, maka Allah SWT telah menjamin menolongnya ketika orang-orang kafir mengusirnya berdua dengan sahabatnya".
Ketika keduanya berada dalam gua, Rasulullah SAW berkata kepada sahabatnya, "Janganlah engkau berduka cita, karena Allah SWT bersama kita." Lalu Allah SWT menurunkan ketenangan hati (kepada Muhammad) dan membantunya dengan pasukan-pasukan yang tiada tampak olehmu. Dijadikan-Nya kepercayaan orang-orang kafir paling rendah dan agama Allah SWT menduduki tempat teratas. Sesungguhnya Allah SWT Mahaperkasa lagi Mahabijaksana."
Subhanallah, begitu hati semua peziarah yang berhasil menaikinya, rombongan kami malam itu semua berhasil menaiki puncak Jabal Tsur, bersama beberapa jamaah dari Turki yang datang dibelakang kami. Mereka terlihat berdoa, dzikir dan sholat sunnat di dalam gua itu. Semua jamaah haji dan peziarah melakukan hal itu sekuat tenaga, walau nafas tersengal-sengal demi mengulang sejarah yang pernah dialami Nabi dan Rasul Allah yang dicintainya.
Bolehlah pemerintah Arab Saudi menganggap semua itu dengan label haram. Setidaknya para peziarah yang datang itu bisa menambah keimanan dengan tauhid yang benar, serta diberikan pemahaman yang benar sesuai tentang ajaran Islam yang dibawa kekasih Allah SWT yang mereka cintai sampai akhir hayatnya, bahkan yang dicintai ummat Muhammad SAW sampai akhir zaman.
Setelah awal tahun 2007 lalu, saya dan beberapa temanku berhasil menaiki Jabal Nur atau Gunung Cahaya, di mana terdapat Gua Hira, tempat Nabi Muhammad SAW pertama kali menerima wahyu dari Allah SWT melalui Malaikat Jibril. Terbersit bagaimana caranya bisa mendaki Jabal Tsur atau Thur (begitu yang tertulis dalam papan nama atau rambu lalu lintas di Makkah), yang katanya merupakan gunung tertinggi di antara gunung atau bukit yang mengelilingi kota suci ini?
Akhirnya keinginan itu berhasil diwujudkan, ketika itu saya dan 7 orang teman saya berhasil menaiki Jabal Tsur pada malam hari ulang tahun negriku tercinta yaitu (17/08/2008) dini hari pukul 03.00 waktu Arab Saudi. Medan di Jabal Tsur memang lebih panjang dan melelahkan, berbeda dengan Jabal Nur yang pendek tapi terjal itu.
Jabal Tsur, yang terletak lebih kurang 3km kilometer dari kota Makkah Al Mukarramah memang sangat rawan dan curam. "Masya Allah, kalo dulu gimana yah caranya Nabi bisa naik ke sini? Lah itu curam semua dan batu-batu semua. Ini mah cocoknya bagi para pendaki panjat tebing," timbul dalam pikiranku di tengah perjalanan yang melelahkan selama lebih kurang 3 jam ini.
Beberapa teman sempat terpana ketika melihat puncak Jabal Tsur sebelum mendakinya. Terbersit untuk membatalkannya, "Aduh ke Jabal Nur aja kali hihihi...." celetuk temanku, salah seorang teman seasramaku. Memang waktu malam menambah gelapnya suasana jalan yang akan dilalui membuat jantung dagdigdug juga dan kebetulan waktu itu baru turun hujan dan jalan menuju kejabal Tsur basah dan gelap.
"Yakin aja deh. Kita harus yakin dan bisa sampai kata seorang temanku tuk menambah semangat kami. Ya setelah berdoa bersama lalu kita mulai berjalan setapak yang landai selama beberapa puluh meter, setelah itu mulai melakukan pendakian dengan jalur tangga batu-batuan yang dibuat orang-orang afganistan. Bahkan beberapa kali diantara rombongan kami berhenti untuk mengatur nafas, atau sekedar "Muntah Atas" atau "Muntah Bawah".hiihi
Jalur tangga batu-batuan yang meliuk-liuk bak ular tangga itu memang baru dan dibuat secara swadaya. Pasalnya, pemerintah Arab Saudi sendiri melarang orang atau peziarah mendaki, sholat dan berdoa di atas Jabal Tsur, karena memang rawan. Namun semua itu tidak dihiraukan para peziarah, demi memenuhi keinginan mengingat tempat yang pernah ditempati kekasihnya, Rasulullah Muhammad SAW.
Seperti sudah diketahui, Gua Tsur di Jabal Tsur merupakan tempat yang dijadikan perlindungan Rasulullah Muhammad SAW dan sahabatnya, Abu Bakar RA ketika bersembunyi dan menghindari kejaran kaum kafir Quraiys yang hendak membunuhnya.
Dari catatan Syarah Nabi disebutkan peristiwa itu terjadi pada tahun 622 Masehi, Rasulullah Muhammad SAW berniat hijrah ke Kota Madinah untuk mencari tempat penyebaran Islam yang lebih kondusif. Namun, kaum kafir Quraisy yang tidak menginginkan ajaran Muhammad SAW menyebar ke luar Makkah, melakukan pengejaran untuk menghalangi niat Rasulullah.
Dalam kondisi terdesak, Rasulullah dan Abu Bakar memilih masuk ke Gua Tsur atas petunjuk yang diberikan Allah SWT melalui malaikat Jibril. Di gua yang berada di Jabal Tsur nan tandus itulah Rasulullah dan Abu Bakar berlindung selama tiga hari tiga malam. Gua itu sendiri memang sempit, seperti periuk yang tebalik, namun memiliki dua pintu yang saling berhadapan.
Upaya pengejaran kaum kafir Quraisy menemui jalan buntu manakala sampai di sekitar gua. Kendati sudah berada di depan pintu masuk gua, kaum kafir Quraisy terkecoh dengan keberadaan sarang laba-laba dan sarang burung merpati yang menutupi jalan masuk ke gua. Maka, pengejaran itu tidak berhasil.
Peristiwa pertolongan di Jabal Tsur serta persembunyian Rasulullah Muhammad SAW dan Abu Bakar di Gua Tsur diabadikan melalui firmah Allah SWT dalam Surat At-Taubah ayat 40. Ayat itu berbunyi yang sekira artinya "Bila kamu tidak mau menolong Rasul, maka Allah SWT telah menjamin menolongnya ketika orang-orang kafir mengusirnya berdua dengan sahabatnya".
Ketika keduanya berada dalam gua, Rasulullah SAW berkata kepada sahabatnya, "Janganlah engkau berduka cita, karena Allah SWT bersama kita." Lalu Allah SWT menurunkan ketenangan hati (kepada Muhammad) dan membantunya dengan pasukan-pasukan yang tiada tampak olehmu. Dijadikan-Nya kepercayaan orang-orang kafir paling rendah dan agama Allah SWT menduduki tempat teratas. Sesungguhnya Allah SWT Mahaperkasa lagi Mahabijaksana."
Subhanallah, begitu hati semua peziarah yang berhasil menaikinya, rombongan kami malam itu semua berhasil menaiki puncak Jabal Tsur, bersama beberapa jamaah dari Turki yang datang dibelakang kami. Mereka terlihat berdoa, dzikir dan sholat sunnat di dalam gua itu. Semua jamaah haji dan peziarah melakukan hal itu sekuat tenaga, walau nafas tersengal-sengal demi mengulang sejarah yang pernah dialami Nabi dan Rasul Allah yang dicintainya.
Bolehlah pemerintah Arab Saudi menganggap semua itu dengan label haram. Setidaknya para peziarah yang datang itu bisa menambah keimanan dengan tauhid yang benar, serta diberikan pemahaman yang benar sesuai tentang ajaran Islam yang dibawa kekasih Allah SWT yang mereka cintai sampai akhir hayatnya, bahkan yang dicintai ummat Muhammad SAW sampai akhir zaman.
(Rahman lubis.makkah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar